A. Pengertian
Hipotesis (hypo = sebelum; thesis- pernyataan, pendapat) adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan”pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel di dalam persoalan.”1 Sebagai contoh dapat dimulai dengan sebuah pertanyaan: apakah tamatan SMU yang memiliki nilai UAN tertinggi akan mampu menyelesaikan studi di perguruan tinggi dalam waktu yang relatif lebih cepat? Pertanyaan ini dapat kita ubah menjadi pernyataan sebagai berikut: ada hubungan positif antara nilai UAN di SMU dan prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Kalimat yang terakhir ini adalah bentuk suatu hipotesis yang menghubungkan dua variabel, yaitu nilai UAN dan prestasi belajar. Dengan demikian hipotesis ini memberikan arah pada penelitian yang harus dilakukan oleh peneliti. Fungsi hipotesis yang seperti ini menurut Ary Donald adalah:
1. Memberikan penjelasan tentang gejala-gejala serta me-mudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2. Mengemukaka pernyataan tentang hubungan dua konsep yang secara langsung dapat diuji dalam penelitian.
3. Memberi arah pada penelitian.
4. Memberikan kerangka pada penyusunan kesimpulan penelitian.2
Supaya fungsi-fungsi tersebut dapat berjalan secara efektif, maka ada faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada penyusunan hipotesis.
1. Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif. Kalimat itu bersifat positif dan normatif.
Istilah-istilah seperti seharusnya atau sebaliknya tidak terdapat dalam kalimat hipotesis.
Contoh: Anak-anak harus hormat kepada orang tua. Kalimat ini bukan hipotesis. Lain halnya jika dikatakan demikian: Kepatuhan anak-anak kepada orang tua mereka makin menurun.
2. Variabel (variabel-variabel) yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variabel yang operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur.
3. Hipotesis menunjukkan hubungan tertentu di antara variabel-variabel.
B. Menyusun Hipotesis
Hipotesis dapat disusun dengan dua pendekatan, yang pertama secara deduktif, dan yang kedua secara induktif. Penyusunan hipotesis secara deduktif ditarik dari teori. Suatu teori terdiri atas proposisi-proposisi, sedangkan proposisi menunjukkan antara hubungan dua konsep. Proposisi ini merupakan postulat-postulat yang dari padanya disusun hipotesis. Penyusunan hipotesis secara induktif bertolak dari pengamatan empiris.
Hipotesis dapat juga disusun secara induktif. Dari pengalaman kita masa lampau, kita mengetahui bahwa kecelakaan-kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya kebanyakan disebabkan oleh supir yang menjalankan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Bertolak dari pengalaman ini kita menyusun hipotesis: Ada hubungan positif antara kecepatan laju kendaraan dengan kecelakaan lalu lintas.
Sehubungan dengan penyusunan hipotesis ini, Deobold B. Van Dallen mengemukakan postulat-postulat yang diturunkan dari dua jenis asumsi, yaitu postulat-postulat yang disusun berdasarkan asumsi alam, dan postulat-postulat berdasarkan asumsi proses psikologi. Postulat-postulat yang bersumber dari kenyataan-kenyataan alam adalah:
1. Postulat Jenis ( Natural Kinds)
Ada kemiripan di antara obyek-obyek individual tertentu yang memungkinkan merekauntuk dikelempokkan ke dalam satu kelas tertentu. Ada kelompok orang berkulit putih, ada kelompok orang berkulit hitam, dan ada kelompok warna lain. Dengan postulat ini, kita dapat menyusun hipotesis terhadap objek pengamatan tertentu, apakah ia termasuk dalam kelompok x atau y.
2. Postulat Keajekan (Constancy)
Di alam ini ada hal-hal yang menurut pengamatan kita selalu berulang dengan pola yang sama. Misalnya, pada waktu-waktu yang lalu kita menyaksikan bahwa matahari selalu terbit disebelah timur dan terbenam di sebelah barat. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman ini kita mempunyai alasan untuk menduga bahwa besok matahari terbit di sebelah timur.
3. Postulat Determinisme
Suatu kejadian tidak terjadi secara kebetulan, tetapi ada penyebabnya. Sebuah benda jatuh ke bawah dan dilepaskan dari suatu ketinggian karena ia ditarik oleh gravitasi bumi. Demikian juga kecelakaan lalu lintas di jalan raya tidak terjadi secara kebetulan, tetapi ada penyebabnya. Ada postulat sebab akibat yang menyatakan bahwa suatu peristiwa terjadi karena sesuatu atau beberapa sebab. Postulat ini dipakai untuk menyusun suatu hipotesis untuk menerangkan peristiwa tertentu.
C. Kerangka Hipotesis
Jumlah variabel yang tercakup dalam suatu hipotesis dan bentuk hubungan di antara variabel-variabel itu sangat menentukan dalam menentukan alat uji hipotesis. Hipotesis yang hanya terdiri atas satu variabel akan diuji dengan univariate analysis. Contoh-contoh hipotesis seperti itu adalah:
1. Persepsi remaja terhadap kepemimpinan yang demokratis cukup tinggi.
2. Prestasi studi mahasiswa di tahun pertama cukup rendah.
Variabel persepsi remaja pada contoh pertama adalah variabel ordinal, sedangkan variabel prestasi studi pada contoh kedua adalah variabel interval. Pengukuran variabel ini menentukan pemilihan alat uji hipotesis.
Ada juga hipotesis yang mencakup dua variabel, yang akan diuji melalui bivariate analysis. Contoh:
1. Ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap kepemimpinan dengan pola asuh dalam keluarga di kalangan remaja.
2. Ada hubungan positif antara motivasi belajar dan prestasi studi di kalangan mahasiswa.
Contoh pertama menghubungkan dua variabel yang sama-sama diukur pada skala nominal, sedangkan contoh kedua menghubungkan dua variabel di mana variabel yang satu diukur pada skala interval dan yang satunya pada skala ordinal.
Salah satu variabel pada hipotesis dengan bivariate analysis itu berfungsi sebagai variabel yang dijelaskan atau vraiabel tidak bebas, dan yang satunya berfungsi sebagai variabel yang menerangkan variabel bebas. Satu variabel dapat dijelaskan oleh seperangkat variabel bebas secara bivariate. Misalkan variabel y dapat diterangakan oleh x1, tetapi juga dapat diterangkan oleh x2 terlepas dari xi; dan dapat juga dijelaskan oleh variabel x3 terlepas dari x1 dan x2. Ketiga variabel bebas yang menerangkan variabel tidak bebas (y) itu terdiri atas 3 hipotesis, yaitu:
Hipotesis 1 : Ada hubungan antara x1 dan y.
Hipotesis 2 : Ada hubungan antara x2 dan y.
Hipotesis 3 : Ada hubungan antara x3 dan y.
D. Model Relasi
Hubungan variabel dengan variabel dalam suatu hipotesis mempunyai model yang berbeda-beda. Pengertian hubungan di sini tidak sama dengan pengertian hubungan dalam pembicaraan sehari-hari. Hubungan di sini diartikan sebagai relasi, yaitu himpunan dengan elemen yang terdiri dari pasangan urut. Himpunan yang demikian dibentuk dari dua himpunan yang berbeda. Misalkan himpunan yang satu adalah A, yang terdiri atas nama-nama mahasiswa: Yosef (Y), Maria (M), Ruben (R), Emanuel (E), dan Agape (A),. Himpunan yang lain adalah B, yang terdiri atas elemen-elemen nilai: 8,7,5,6 dan 7. Dari kedua himpunan itu disusun himpunan baru sebagai hasilm relasi dari A ® B. himpunan baru ini kita namakan C di mana setiap elemennya terdiri dari pasangan elemen A dan B. Pasangan itu disebut pasangan urut karena yang pertama selalu diambil dari elemen A dan yang kedua diambil dari elemen B. Pasangan-pasangan itu ditentukan oleh definisi relasi. Misalnya, A mempunyai nilai tes ekonomi pada B. dengan definisi A dipasangkan dengan B menurut anak panah.
Himpunan C tampak sebagai berikut: C = {(Y,7), (M,8), /jt,6), (E,7), (A,5)}. Himpunan C inilah yang dimaksud dengan relasi, yaitu relasi A ke B. Kalau kita katakan “ Baju si A merah,” maka pertanyaan ini hanyalah salah satu elemen dari relasi variabel “mahasiswa” terhadap variabel “warna baju,” yaitu (A, merah). Masih ada elemen lain lagi dalam himpunan itu, misalnya (B, putih) dan (C, hijau). Relasi tersebut dapat ditulis: M = {(A, merah), (B, putih), (C, hijau), (D, putih), (E, kuning)}.
Hubungan variabel-variabel pada hipotesis dapat digolongkan dalam 3 model , yaitu:
1. Model kontingensi;
2. Model asosiatif;
3. Model fungsional.
1. Model Kontigensi
Hubungan dengan model kontigensi dinyatakan dalam bentuk tabel silang. Misalnya hubungan di antara variabel “agama” dan variabel “partai politik” pada pemilu 1997. Kita ingin mengetahui hubungan antara agama dan politik pada tahun 1997 di daerah tertentu.
Variabel “Partai Politik” dengan kategorinya adalah variabel nominal, dan variabel “Agama” dengan kelima kategorinya juga nominal. Dengan menyilangkan kedua variabel, maka didapat 3x5 = 15 kontingen dalam hubungan itu. Isi masing-masing kontingen dapat juga dibuat dalam bentuk persentase atau proporsi. Model kontigensi ini mempunyai bentuk umum: b x k (baris x kolom). Tabel 3x2 misalnya adalah tabel yang terdiri atas 3 baris dan 2 kolom.
2. Model Asosiatif
Model ini terdapat di antara dua variabel yang sama-sama ordinal, atau sama-sama ratio, atau salah satu adalah ordinal atau interval. Variabel-variabel itu mempunyai pola monoton linier. Artinya perubahan dari variabel yang bersangkutan bergerak naik terus kembali , atau sebaliknya turun terus tanpa naik kembali.
Hubungan kedua variabel tersebut disebut juga hubungan kovarasional, artinya berubah bersama. Jika variabel x berubah menjadi makin naik, maka variabel y juga berubah makin naik atau makin turun. Jika kedua varibel berubah kea rah yang sama, maka hubungan itu disebut hubungan positif. Keduanya bisa sama-sama naik, artinya jika x naik, bersamaan dengan itu y juga naik; atau keduanya sama-sama turun, jika x turun, y juga turun. Hubungan itu dikatakan negatif jika kedua variabel berubah pada arah yang berlawanan. Jika x naik, y turun; atau sebaliknya, jika x turun, y naik.
Hubungan asosiatif atau kovarasional atau korelasi bukanlah hubungan sebab akibat, tetapi hanya menunjukkan bahwa kedua-duanya sama-sama berubah.
3. Hubungan Fungsional
Hubungan fungsional adalah hubungan antara suatu variabel yang berfungsi di dalam variabel lain. Misalnya hubungan antara “obat’” dan “penyakit.” Obat dikatakan fungsional jika ia bisa menyembuhkan penyakit. Berbeda dengan hubungan asosiatif di mana kedua variabel berdampingan satu sama lain, pada hubungan fungsional variabel yang satu (independent) berfungsi di dalam variabel lain (dependent), sehingga variabel dependent mengalami perubahan.
Hubungan fungsional adalah hubungan korelasional, tetapi hubungan korelasional belum tentu hubungan fungsional. Jika hubungan korelasi itu cukup tinggi (erat), maka dapat diduga bahwa ada hubungan fungsional di antara kedua variabel.
E. Hipotesis Nol
Pembuktian hipotesis dilakukan dengan mengumpulkan data yang relevan dengan variabel-variabel yang bersangkutan. Proses pengujian hipotesis itu dapat disamakan dengan peng-adilan suatu perkara pidana. Di sana ada jaksa sebagai pe-nuntut umum yang membawa terdakwa ke depan hakim dengan bukti-bukti berupa data yang telah dikumpulkannya. Data tersebut dikumpulkan dengan bertitik tolak pada hipo-tesisnya bahwa orang yang bersangkutan bersalah. Hipotesis jaksa inilah yang mirip dengan hipotesis yang disusun oleh peneliti, tetapi data tersebut harus diuji oleh hakim. Untuk itu hakim harus bertolak dari sikap praduga tak bersalah. Artinya, hakim tidak memihak kepada jaksa atau pun terdakwa. Sikap seperti ini juga merupakan syarat bagi wasit dalam memimpin suatu pertandingan. Asas praduga tak bersalah inilah yang dimaksud dengan hipotesis nol dalam penelitian ilmiah.
Hipotesis seperti ini kita temukan pada hubungan antara dua bilangan, misalnya a dan b. Hubungan itu bisa a > b, atau a < b, atau a = b. Kalau hipotesis memyatakan bahwa a > b, maka hipotesis nol adalah negasinya, dan pernyataan yang mengatakan a > b (a lebih besar daripada b) adalah tidak benar. Ini berarti
a < b atau a = b. Kalau hipotesisnya berbunyi a lebih besar atau sama dengan b, maka hipotesisnya nol adalah a < b. Dengan demikian jika a < b itu tidak benar, maka yang benar pasti a = b atau a > b. Dengan kata lain, jika hipotesis nol itu ditolak, maka alternatifnya adalah hipotesis peneliti harus diterima.
Dengan demikian kita mempunyai dua macam hipotesis, yaitu hipotesis operasional yang diharapkan oleh peneliti dan hipotesis nol. Hipotesis operasional disebut juga hipotesis alternatif dari hipotesis nol. Dalam proses pengujian hipotesis, yang akan diuji adalah hipotesis nol. Kalau hipotesis nol itu diterima, maka hipotesis alternatif harus ditolak. Sebaliknya, jika hipotesis nol ditolak, maka hipotesis alternatif harus diterima. Hipotesis nol diberi notasi Ho dan hipotesis alternatif diberi notasi HI.
Contoh:
Hipotesis 1 : Prestasi studi mahasiswa tahun pertama rendah.
Hipotesis 2 : Ada hubungan positif antara prestasi belajar dan motivasi belajar di kalangan mahasiswa tahun pertama.
Hipotesis 3 : Ada hubungan antara prestasi belajar dan kebiasaan belajar mahasiswa tahun pertama.
Catatan:
1. Ary Donald. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, V terjemahan Arif Furchan dari judul asli Introduction to Research in Education. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional, hlm. 120.
2. Ibid., hlm, 121-122.
Selasa, 16 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar